Jumat, 04 Juni 2010

Oleh-oleh dari Angke

SAMPAH.. SAMPAH .. dan SAMPAH.
Dari kantong plastik sampai kaleng minuman soda.
Dari gelas plastik sampai styrofoam.
Tepatnya di PIK Angke untuk ketemu sama salah satu penambak bakau disana. Untuk teman-teman yang datang di Jalan Sehat tanggal 28 Juni lalu pasti tau, namanya Erik).

Gw kesana untuk melihat lokasi tanam bakau di Ekowisata Angke yang akan ditanami 200 mangrove tanggal 12 Juli 2009 nanti, yang merupakan lanjutan dari rangkaian acara Transmania - Green The City 2009: Melangkah untuk Mangrove.

Setelah melihat lokasi Ekowisata, mas Erik ini bilang “Mba Tera, mau lihat dampak abrasi secara langsung nggak?“, wah dengan senang hati gw terima ajakan mas Erik ini.
Gw dibawa ke daerah Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian dan Perhutanan PemDa DKI Jakarta.


hhmm disinilah emosi jiwa bergejolak,,


mau tau apa yg gw dapat disana??

SAMPAH.. SAMPAH .. dan SAMPAH.
Dari kantong plastik sampai kaleng minuman soda.
Dari gelas plastik sampai styrofoam.

(ini dia investasi kita untuk alam : SAMPAH )

Faktanya: tahun lalu, pernah dilakukan penggalian sampah di tumpukan sampah di pesisir tersebut. Sampai kedalaman 13 meter masih saja sampah yang ditemukan!!
Guys, sampah yang gw lihat itu banyaknya bukan main!! memang tidak seperti tumpukan sampah di TPA Bantar Gebang.. tapi pesisir pantai kan bukan TPA.. !!!
sekali lagi, PESISIR PANTAI BUKAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR!

Sampah-sampah yang nggak bisa dicerna alam itu jelas bukti nyata KEBODOHAN kita yang seenaknya menyepelekan masalah sampah.
iih pokoknya gw kesel ajah gak tau kenapa! pemandangan jadi jelek! dan bauk banget! hoek..
Bukan mau sok cinta lingkungan.
Gak harus cinta sama lingkungan kali untuk bisa ikut ngerasain keselnya ngeliat sambah begitu.
Bukan salah pabrik, apalagi pemerintah lho! Karna itu jelas-jelas sampah rumah tangga!
ya ulah kita-kita ini yang jajan makanan kemasan trus kemasannya dibuang sembarangan deh.

oohh ini toh bungkus plastik yang gw, keluarga gw, dan teman-teman gw buang.. terdampar disini.. dan mengorbankan pesisir Jakarta yang seharusnya asri dan berfungsi sebagai benteng daratan, bukan tempat penampungan sampah plastik !
————————————–

Dan masih ada lagi fakta yang mengerikan. Beton pemecah ombak yang diletakkan di pesisir pantai udah hancur digerus ombak cuma dalam waktu 6 bulan.
Ombak terlalu kuat, sehingga ambrasi makin mengikis daerah daratan hutan lindung yang juga merupakan pesisir yang jadi perbatasan laut dan daratan Angke.

For Your Info… Dalam waktu 2 tahun terakhir ini aja, abrasi udah mengikis 3 meter daratan area itu. Bayangkan dalam waktu 10-20 tahun kedepan.. area itu bakalan cuma tinggal beberapa meter aja daratannya.

(lihat ujung beton itu kan? seharusnya daratan pesisir Hutan Lindung ini sampai diujung sana.
Itu dia daratan yang udah terkikis oleh ombak dan gak sanggup kalau cuma ditahan oleh beton pemecah ombak
)

Gw coba tanya, lantas apa solusi selain pemecah ombak?

Mas erik: “yaa dengan menanam bakau. Karena akar-akar bakau yang sudah dewasa sangat kuat dan mampu memecah ombak. sehingga sangat membantu untuk menghambat abrasi.

Gw : “Lantas butuh berapa lama supaya tanaman bakau menjadi dewasa dan akarnya bisa dimanfaatkan untuk memecah ombak?

Mas Erik: “Yaa sekitar 5 tahun..

waduuhhh.. Dalam waktu 2 tahun aja daratan udah terkikis 3 meter, sementara butuh waktu 5 tahun menunggu agar akar bakau dewasa dan bisa menghadang abrasi.
Mari kita berhitung..! tersisa berapa tahun lagi umur daratan kita sampai akhirnya tertutup sama air laut!?!?

Well guys, mudah-mudahan belum terlambat! Ketika daratan dikikis 6 meter di 4 tahun kedepan,, kita sudah punya bakau yang siap menghadang di 1 meter terdepan digaris batas abrasi itu.. ini dengan asumsi bahwa kita udah mulai menanam mangrove saat ini juga!!
Semakin banyak bakau yang kita tanam, semakin memperkecil dampak Abrasi itu.

Juga agar anak cucu kita kelak masih bisa merasakan daratan Jakarta yang macet ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gue

Gue