Minggu, 04 Juli 2010

Penanganan Limbah dengan Microchannel Reactor

Dunia sedang memasuki era baru, di mana konsep the more the merrier sudah lama ditinggalkan dan digantikan dengan the lesser the better. Demikian pula dengan perkembangan reaktor. Teknologi microchannel reactor kini mulai dikembangkan untuk berbagai kegunaan, di antaranya adalah untuk pengolahan limbah nuklir in situ.
Ada perbedaan mendasar dari microreactor dan microchannel reactor. Teknologi microreactor berarti menggunakan reaktor berukuran kecil yang seringkali dipakai dalam tes laboratorium. Sementara teknologi microchannel tetaplah dimaksudkan untuk produksi komersial, misalnya reaktor, mixer, heat exchanger, yang memanfaatkan saluran mikro untuk menampung proses aliran dan meningkatkan kinerja. Dimensi diameter saluran bervariasi dari puluhan hingga seratusan mikrometer dengan panjang bisa mencapai beberapa meter. Perbedaan mendasar adalah komponen microchannel tersebut terintegrasi ke dalam sistem yang mengandung puluhan hingga ribuan saluran. Ukuran channel bervariasi antara 0,1 sampai 10 mm.
Dalam pengolahan limbah nuklir in situ, Pacific Northwest National Laboratory mengembangkan reaktor yang berdimensi sekitar 24×24x6 inch. Menurut Ed Baker, direktur divisi energi dan efisiensi PPNL, dibandingkan dengan memindahkan limbah ke fasilitas tersentralisasi, PPNL mengembangkan mesin skala kecil yang dapat ditempatkan dalam tangki untuk memproses limbah di tempat asalnya. Kalkulasi awal yang disandingkan dengan penelitian yang dibiayai oleh Departemen Energi Amerika Serikat menghasilkan suatu kesimpulan bahwa gagasan untuk memproses limbah dengan cara ini adalah suatu ide yang bagus. Pengerjaan yang dikerjakan secara bersamaan oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk mengembangkan cara untuk merancang microchannel menjadi chip-chip silikon menjanjikan masa depan yang menjanjikan: kemungkinan microchannel reactor untuk menghasilkan perkembangan besar dalam proses kimia.
“Sayangnya,” kata Baker, seperti dikutip oleh Innovation: America’s Journal of Technology Commersialization “gagasan mengembangkan microchannel reactor untuk memproses limbah nuklir tidak pernah mencapai suatu daya tarik yang nyata. Malahan, suatu fasilitas sentral bernilai milyaran dolar untuk memproses limbah dalam tangki sedang dalam proses.”
Bangunan dasar dari microchannel reactor terdiri dari komponen-komponen dengan microchannel-microchannel paralel. Menurut Terry Mazanec, kepala ilmuwan Velocys, ukuran kecil berarti biaya kapital yang berkaitan dengan microchannel reactor relatif murah jika dibandingkan dengan peralatan konvensional. Keuntungan lainnya, semakin kecil footprint dari sebuah microchannel reactor memungkinkan reaktor dapat ditempatkan di tempat-tempat premium, pada platform pengilangan minyak bumi offshore, atau pada refiner-refiner yang ramai. Konstruksi modular reaktor memberikan fleksibilitas yang tinggi pada saat mendesain sebuah plant.
Perawatan dan pengisian katalis dapat dilakukan dengan mengganti module-module individual, tidak membutuhkan proses shutdown seluruh sistem. Suatu plant yang didasarkan pada microchannel reactor dapat dibangun pada luas area yang lebih kecil namun tetap memiliki kapasitas yang diperlukan. Hal ini tidak hanya akan memperlancar siklus bisnis dan menghemat biaya transportasi. Cara ini juga lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat dalam membuat kapasitas tambahan sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena setiap blok reaktor memiliki ribuan channel proses yang diisi dengan katalis yang terjalin dengan panas input atau channel dingin, maka microchannel reactor lebih mampu untuk melampaui barrier perpindahan panas dan massa. Dengan melampaui barrier perpindahan massa secara esensial memungkinkan produksi yang lebih cepat, sedangkan kapabilitas perpindahan panas berarti reaktor dapat mengatasi masalah panas secara lebih efisien daripada sistem konvensional. Microchannel reactor cocok digunakan untuk mengeluarkan baik reaksi katalitik eksotermik tinggi (atau generator panas) dimana panas dari reaktor harus dihilangkan, begitu juga reaksi endotermik tinggi atau reaksi yang membutuhkan panas tinggi.
Aplikasi-aplikasi yang potensial lainnya bagi microchannel reactor bervariasi dari produksi bahan komuditi kimia seperti vinyl acetate, ethylene oxide, acrylic acid, dan acrylonitrite dengan reaksi oksidasi parsial selektif untuk menguapkan metan reforming untuk memproduksi hidrogen untuk digunakan dalam bahan bakar. Namun demikian, aplikasi yang paling memungkinkan adalah produksi terdistribusi second generation biofuel from waste (BTL) dengan reaksi FT menggunakan microchannel reactor pada plant skala kecil dekat sumber limbah. Menurut Tonkovich, wakil presiden pengembangan teknologi dan manufaktur Velocys, dengan optimasi katalis yang baik, microchannel reactor FT kecil dapat beroperasi dengan efisien dan ekonomis saat reaktor hanya memproduksi 500 sampai 2000 ton limbah per hari.
Sumber:
Innovation: America’s Journal of Technology Commersialization. April/May 2009. Processing Waste with Microchannel Reactors oleh Laura Silva.
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/teknologi_tepat_guna/reaktor-microchannel-reaktor-apa-ini/

Lilypad, Kota Terapung Ramah Lingkungan

su global warming kian merebak beberapa tahun terakhir. Namun, isu itu tak melulu direspon negatif. Para penemu justru termotivasi untuk membuat berbagai penemuan baru yang ramah lingkungan ataupun dapat menghadapi efek global warming. Sebut saja beberapa teknologi ramah lingkungan terbaru seperti mobil bertenaga udara tanpa polusi, mesin pencuci pakaian yang menggunakan kurang dari 2 persen air dan energi (Xeros), serta eco-laptop, notebook dengan bambu sebagai cover-nya, plastik yang dapat didaur ulang sebagai elemennya, tanpa cat dan elektroplating. Arsitek dari Belgia, Vincent Callebaut, juga tak mau ketinggalan. Ia mengajukan terobosan baru untuk menghadapi masalah kenaikan permukaan air laut. Kenaikan tersebut disebabkan oleh mencairnya sumber es raksasa di Benua Antartika dan Greenland serta kumpulan gletser yang ada di berbagai daerah. Menurut ramalan GIEC (Intergovernmental Group on the Evolution of the Climate), permukaan air laut sudah naik 20 – 90 cm pada abad 21 dengan nilai rata-rata 50 cm (pada abad 20, nilai rata-rata sebesar 10 cm). Para ilmuwan dunia memperkirakan bahwa kenaikan temperatur sebesar 1°C akan menyebabkan peningkatan ketinggian permukan air laut sebesar 1 meter. Peningkatan tersebut akan menenggelamkan daratan sekitar 0.05% di Uruguay, 1% di Mesir, 6% di Belanda, 17.5% di Bangladesh dan 80% di Kepulauan Marshall dan Kiribati hingga Kepulauan Maladewa. Hal ini akan mempengaruhi lebih dari 50 juta orang yang ada di negara berkembang. Daratan yang tidak tenggelam akan memiliki tingkat pencemaran keasinan air laut yang tinggi sehingga akan merusak ekosistem lokal. Akibatnya, kota-kota seperti New York, Bombay, Calcutta, Hô Chi Minh City, Shanghai, Miami, Lagos, Abidjan, Djakarta, dan Alexandria akan menghasilkan lebih dari 250 juta pengungsi.
lilypadSolusi yang ditawarkan oleh Vincent Callebaut adalah Lilypad, kota terapung yang merupakan prototipe kota amfibi dengan sebagian daerah akuatik dan sebagian lagi daerah daratan. Kota ini mampu mengakomodasi 50.000 penduduk dan dapat menghidupi dirinya sendiri. Lilypad dapat mengembangkan flora dan faunanya di sekitar danau yang dapat menampung dan menjernihkan air hujan. Kota ini didesain dengan 3 marina dan 3 gunung yang didedikasikan untuk perkantoran, pertokoan, dan tempat hiburan. Seluruh daerah ditutupi oleh perumahan dan taman serta jalan dan gang dengan outline organik. Dengan adanya kota ini, diharapkan dapat tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dan alam serta dapat mendalami mode baru untuk tinggal di laut dengan bangunan yang yang dapat bergerak.
Lilypad
Lilypad
Struktur mengapung Lilypad diinspirasi oleh daun lili yang diperbesar 250 kali. Kulitnya yang tebal terbuat dari serat polyester yang dilapisi dengan titanium oksida seperti anatase sehingga dapat mengabsorbsi polusi atmosfer dengan efek fotokatalitik. Lilypad dapat mengatasi 4 masalah utama manusia menurut OECD pada Maret 2008, yaitu iklim, biodiversitas, air, dan kesehatan. Kota ini mencapai neraca energi yang positif tanpa emisi karbon dengan integrasi energi terbarukan (solar, energi panas dan fotovoltaik, energi angin, hidraulik, energi osmotic dan biomassa) sehingga menghasilkan energi lebih banyak dari yang terkonsumsi. Ecopolis terapung ini juga dapat menghasilkan dan melunakkan oksigen dan listrik sendiri dengan mendaur ulang karbon dioksida dan limbahnya, dan menjernihkan serta melunakkan air yang sudah terpakai.
Referensi:
http://vincent.callebaut.org

Obama Dorong Pembangunan PLTS


Presiden AS Barack Obama, Sabtu (3/7/2010), menggelontorkan dana hampir sebesar dua miliar dollar AS kepada dua perusahaan energi yang berkomitmen akan membangun pembangkit listrik tenaga surya di AS. Komitmen ini diperkirakan akan menciptakan ribuan peluang kerja di negara tersebut.

"Kita akan terus berjuang untuk meningkatkan perbaikan," ujar Obama ketika memberikan pidato mingguan di radio. "Kita akan tetap berjuang secara agresif untuk memastikan pekerjaan dan industri masa depan berakar di sini, di Amerika," ujar Obama.

Abengoa Solar, salah satu perusahaan tersebut, setuju untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Arizona, yang akan menciptakan 1.600 lapangan pekerjaan di bidang konstruksi. Ketika rampung nanti, pembangkit ini mampu menciptakan energi bersih bagi 70.000 rumah.

Sementara itu, perusahaan lainnya, Abound Solar Manufacturing, sepakat membangun dua pembangkit listrik, masing-masing di Colorado dan Indiana. Kedua pembangkit ini diperkirakan dapat menyerap 2.000 tenaga kerja, dan 1.500 lapangan kerja permanen. Pasalnya, pembangkit ini akan menghasilkan jutaan panel surya setiap tahunnya, kata pejabat Gedung Putih.

"Inilah yang beberapa hal yang kami sedang lakukan," kata Obama. Namun Obama menyadari bahwa langkah ini belum dapat menyerap seluruh angkatan kerja yang ada. Mantan senator Illinois ini mengatakan akan terus berjuang untuk itu.

Pengumuman ini dilakukan menyusul laporan soal tingkat pengangguran di AS yang mencapai 9,5 persen akibat imbas resesi ekonomi yang masih melanda negara tersebut. Obama mengatakan Amerika masih membutuhkan waktu untuk keluar dari resesi ekonomi.

Jumat, 02 Juli 2010

Pengelolaan Limbah Medis


Pada umumnya 10 - 15% limbah yang dihasilkan oleh sarana pelayan kesehatan, adalah limbah medis. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.

KATEGORI LIMBAH

  • Limbah Infeksius

    Limbah yang dicurigai mengandung bahan patogen contoh kultur laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh pasien yang terinfeksi, ekskreta

  • Limbah Patologis

    Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin

  • Limbah Benda Tajam

    Limbah benda tajam, contoh jarum, peralatan infus, skalpel, pisau, potongan kaca

  • Limbah Farmasi

    Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi, item yang tercemar atau berisi obat

  • Limbah Genotoksik

    Limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam terapi kanker) zat kimia genotoksik. Produk bersifat genotoksik yang paling banyak digunakan untuk sarana pelayanan kesehatan:

  1. Golongan Karsinogenik
    • Benzen
  2. Obat Sitotoksik
    • Azatioprin, Klorambusil, Siklosporin, Siklofosfamid, Melfalan, Semustin, Tamoksifen, Tiotepa, Treosulfan
  3. Golongan yang kemungkinan karsinogenik
    • Azacitidine, bleomycin, carmustine, chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin, dacarbazine, daunorubicin, dihydroxymethylfuratrizine (e.g. Panfuran S—no longer in use), doxorubicin, lomustine, methylthiouracil, metronidazole, mitomycin, nafenopin, niridazole, oxazepam, phenacetin, phenobarbital, phenytoin, procarbazine hydrochloride, progesterone, sarcolysin, streptozocin, trichlormethine
  • Limbah Kimia

Limbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik

  • Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Baterai, thermometer yang pecah, alat pengukur tekanan darah

  • Wadah bertekanan

Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair

  • Limbah Radioaktif
  • Limbah yang mengandung bahan radioaktif contoh cairan yang tidak terpakai dari terapi radioaktif atau riset di laboratorium
SUMBER LIMBAH MEDIS
  • Unit pelayanan kesehatan dasar
  • Unit pelayanan kesehatan rujukan
  • Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
  • Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )

Cara perlakuan terhadap bahan medis berbahaya , perlakuan yang  tidak benar menimbulkan resiko ancaman yang bersifat infeksious, yang  menimbulkan kerugian kesehatan.

Menyulap Limbah Pabrik Menjadi Boneka


Banyak limbah kain dari pabrik konveksi terbuang begitu saja di Mojokerto, Jawa Timur. Namun seorang warga bernama Suhar di Kauman, Mojokerto, kreatif dan peduli lingkungan berhasil memanfaatkannya menjadi aneka boneka dari kain perca. Saat ditemui di kediamannya, baru-baru ini, beberapa orang asik memilih dan memilah kain limbah, mengukur, memotong, dan menjahit hingga menjadi boneka.

Gagasan Suhar datang dari salah seorang anaknya yang bekerja di toko boneka. Dengan sedikit modal disertai keuletan, ia membuat sendiri boneka. Ia kemudian mencari kain limbah dari sebuah pabrik jaket berbahan kain. Selain boneka, Suhar juga membuat aneka asesoris dan hiasan kamar tidur. Berbagai karakter kartun yang digemari anak pun ia buat.

Selain didukung ketiga anaknya, Suhar mempekerjakan sejumlah tetangganya. Suhar menjual produknya mulai dari Rp 15 ribu untuk boneka kecil. Sedangkan untuk boneka besar ia jual hingga Rp 150 ribu per buah. Boneka kain perca Suhar kini menembus pasa di berbagai kota seperti Semarang, Malang, Surabaya, hingga ke Medan, Sumatra Utara dan sejumlah kota di Kalimantan.

Limbah Pabrik Dijadikan Kerajinan Unik

Keberanian Yeyen Komalasari untuk mengolah limbah pabrik menjadi beraneka kerajinan tangan kini berbuah manis. Usaha yang dirintis bersama sang kakak sejak tahun 2004 di rumahnya di Serang, Banten, telah mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Yeyen menamakan tempat usahanya Naniwa House.

Awalnya, Yeyen hanya ingin berwiraswasta dengan modal yang murah dan terjangkau. Dia bersama sang kakak akhirnya sepakat memilih kulit sintetis sebagai bahan baku. Bahan ini biasa digunakan menyaring bijih besi. Kulit yang telah menjadi limbah dicuci sebanyak 10 hingga 20 kali supaya steril. Setelah kering, kulit dipotong sesuai pola yang diinginkan.

Secara keseluruhan, Yeyen memiliki 180 pola. Sisa kulit dengan potongan terkecil dijadikan cincin atau gantungan kunci. Sedangkan limbah kulit yang masih lebar dijadikan pelapis helm. Untuk bentuknya, konsumen biasanya menyukai yang ekstrem, semisal tengkorak.

Yeyen membandrol hasil karyanya mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 200 ribu. Gantungan kunci dan cincin dihargai paling murah dibandingkan helm dan tas. "Tergantung proses pembuatannya. Semakin sulit, semakin mahal," ucap Yeyen.

Sebagai media promosi, Yeyen rutin mengikuti berbagai pameran seperti Inacraft dan Ikra. Respons yang diperoleh cukup baik sehingga usaha ini bisa berkembang. Pesanan yang semakin banyak menjadikan gadis berdarah Sunda ini membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitar rumahnya. Kini, Yeyen melibatkan 20 orang untuk proses produksi. Yeyen berharap bisa membuka sentra kerajinan di Serang sebagai wadah bagi perajin kecil seperti dirinya.
NANIWA HOUSE
Jalan K.S. Tubun IIIC No. 24 Jakarta

Kontak personal: Yeyen Komalasari
Telepon seluler: 0818 06825081 / 0812 132 1500

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Pilihan Cerdas Petani Pinggir Hutan

Menyulap limbah ternak sapi menjadi api, kini bukan lagi hal baru di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bahkan, di salah satu desa, gas methane hasil fermentasi limbah sapi itu kini mampu menggantikan kelangkaan gas elpiji di pasaran.

Bukan hanya itu, dengan sedikit riset ulet dan tak bosan berinovasi, perangkat genset untuk kebutuhan listrik kini tak lagi memerlukan bensin sebagai bahan bakarnya. Ya, dari tangan petani pinggir hutan, biogas bahkan telah berhasil menggantikan bahan bakar fosil itu dalam menghidupkan generator. Benar, limbah sapi kini bukanlah momok pencemar sungai lagi. Aromanya yang dulu mendominasi desa, kini dapat diminimalisir. Dan sanitasi desa kini menjadi lebih tertata kebersihan dan kesehatannya.

Dari Kota Batu Jawa Timur, biogas mulai merambah ke kota lain. Pada awal diselenggarakannya Sekolah Lapangan ESP di Batu, telah berdiri sebuah instansi biogas dengan kapasitas besar. Namun ini dinilai mahal oleh petani. Dengan sedikit memutar otak, penggunaan plastik sebagai pengganti ramai digunakan sebagai penyimpan methane. Selain murah, petani mudah menginstallnya.

Dari hitungan kasar petani pinggir hutan, mereka memerlukan empat batang pohon agar asap dapur mereka mengepul dalam setahun. Dengan begitu, satu unit biogas untuk satu keluarga petani mampu menyelamatkan kehidupan empat batang pohon per tahunnya. Manfaat besar bagi konservasi hutan.

Wajar jika demam biogas terasa dimana-mana. Di kecamatan Lawang, Malang biogas ramai dibicarakan. Slamet, salah seorang warga desa Srigading dengan jeli mengadopsi pengetahuan dan pengalaman selama mengikuti Sekolah Lapangan untuk merintis sebuah biogas di desanya. Kini, Slamet tak luput dari kejaran tetangganya untuk bisa membangun biogas-biogas baru di desa ini dan sekitarnya.

Semangat untuk mencoba hal baru juga lekat pada sosok petani hutan lainnya. Nanang dan Slamet Djaroni. Dua nama asal kecamatan Tumpang yang baru-baru ini melakukan riset sederhana tapi kreatif.

Tak mau kalah dengan pemerintah yang gencar promosi konversi minyak tanah menjadi gas. Mereka pun mengisi ulang tabung gas konversi itu dengan gas yang dihasilkan dari teknologi biogas. Cukup dengan mengadopsi teknologi yang biasa dipakai tukang reparasi pengatur udara ruang (AC) untuk menguras dan mengisi gas freon. Begitulah cara para alumni Sekolah Lapangan ESP mengembangkan potensi mereka dan desanya.

Limbah Peternakan Unggas, Isu dan Penanganannya


Welcome to the Home of the Blues & Birthplace of Rock ‘n’ Roll”, demikian iklan populer kota Memphis-TN, USA. Disinilah simposium Penanganan Limbah Unggas Nasional 2004 Amerika Serikat diadakan. Walaupun pertemuan kali ini hanya dihadiri sekitar 150 peserta, banyaknya dukungan sponsor menunjukkan kuatnya komitmen para stake holders (sponsor dan pembicara lintas sektoral [praktisi hukum dan lingkungan, pakar teknologi dan peternakan, maupun kalangan industriwan]) untuk bersinergi mencari solusi dan informasi terkini guna menghasilkan usaha peternakan yang efisien-ramah lingkungan.

CAFOs merupakan muara pemikiran ke arah usaha pengurangan emisi sekaligus limbah ternak, dan ia menjadi salah satu isu hangat pada pertemuan 2-tahunan Poultry Waste Management Symposium baru lalu. CAFOs sebenarnya adalah suatu kriteria di AS yang digunakan untuk menilai apakah suatu usaha tani-ternak masuk kategori besar-intensif (yakni setara 1000 Satuan Ternak).

Konsentrasi ternak yang tinggi per satuan luas lahan akan berdampak kepada peningkatan produksi limbah, baik berupa emisi (gas dan debu) maupun buangan kandang (kotoran/manur).

Bila suatu kegiatan peternakan masuk dalam kategori ini (Tabel 1), maka si empunya haruslah melaksanakan program penanganan emisi gas+debu hingga ke penanganan limbah kotoran dari usaha ternaknya sesuai dengan undang-undang (UU kebersihan udara [Clean Air Act] dan UU kebersihan air [Clean Water Act]). Bila tidak maka sangsi berat akan dikenakan oleh penegak hukum federal (The US-Environmental Protection Agency [US-EPA]).

Kontribusi emisi dari usaha berbasis peternakan terhadap polusi udara sudah sejak lama menjadi perhatian serius negara-negara maju yang memiliki skala dan intensitas peternakan tinggi.

Sebut saja emisi gas amonia (NH3) ke udara, ternyata temuan di negara Eropa dan Amerika menunjukkan lebih dari 80% nya disumbang oleh kegiatan peternakan (US-EPA), 2002), dan diperkirakan 25% nya adalah berasal dari kegiatan peternakan unggas. Kemampuan NH3 bereaksi dengan senyawa-senyawa asam di udara berakibat kepada peningkatan jumlah partikel debu (aerosol) yang sangat membahayakan kesehatan. Simak pula emisi debu berasal kandang unggas hasil penelitian di negara-negara Eropa (Tabel 2).

Bila batas bahaya total debu 10 mg/m3 dan 5 mg/m3 untuk debu inhalable dan respirable, bisa dibayangkan berapa jumlah debu yang bisa terhirup manakala kecepatan angin per jam tinggi pada suatu areal. Oleh sebab itu, modifikasi unsur nutrisi ransum dengan segala feed additive-nya hingga ke manajemen limbah, dan terakhir ke usaha peningkatan nilai guna limbah unggas terus saja dilakukan untuk kepentingan eksistensi peternakan dan keseimbangan ekologi.

Mengutip aturan EPA, Dr. Anthony Pescatore (Univ. of Kentucky) dalam presentasinya pada forum simposium ini mengemukakan bahwa paling sedikit ada 6 jenis polutan udara (Tabel 3) yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Menurutnya, EPA juga menetapkan 188 polutan lainnya yang sangat berbahaya, dan 3 diantaranya adalah senyawa organik yang mudah menguap (volatile organic compounds), H2S, dan NH3.

Senyawa terakhir (NH3) inilah yang paling mendapat perhatian di bidang peternakan unggas disamping debu. Apalagi, dengan diameter partikel yang sangat kecil, NH3 mudah terserap/menjadi bagian partikel debu (particulate matter) bersama debu kandang lainnya baik yang berasal dari hewan dan pakan maupun ikutan debu seperti spora bakteri dan jamur, virus, endotoksin, dan gas berbahaya lainnya.

Dalam ukuran yang sederhana, Dr. Eileen Wheeler (The Pennsylvania State Univ.) menambahkan bahwa batas debu (Particulate Matter [PM]) khususnya PM10 yang ditetapkan adalah sebesar 110 ton/th, NH3 45 kg/hari, dan H2S 45kg/hari dari suatu usaha peternakan.

Meskipun beberapa negara bagian di AS masih terus merumuskan aturan internalnya, sosialisasi aturan ini sudah lama dilakukan, termasuk program insentifnya.

Bahkan, untuk menyadarkan petani/peternak agar mau terlibat dalam mengatasi pencemaran, program kursus/magang yang dinamakan “Master Farmer Program” diikuti dengan “Master Poultry Producer Program pun diluncurkan. Pengalaman Lousiana State University menunjukkan tingkat partisipasi peserta yang sangat tinggi. Program ini sepenuhnya atas biaya pemerintah dan sponsor.

Dalam pelatihan ini peserta diberikan bekal pengetahuan mengenai seluk beluk penanganan limbah pertanian/peternakan hingga ke biosecurity sehingga nantinya secara sukarela mereka akan berperan sebagai petani/peternak yang selalu berusaha memperkecil potensi dan akibat limbah dari usaha pertanian/peternakannya terhadap lingkungan.

Fokus pada strategi manajemen, Dr. Paul Patterson (The Pennsylvania State Univ.) masih konsisten menunjukkan pilihan-pilihan potensial yang dapat digunakan guna meredusir jumlah dan pengaruh negatif limbah dan emisi usaha peternakan unggas. Yang paling sederhana adalah menjaga kebersihan kandang.

Lalu, perlu dijaga pula agar ternak tidak mengalami stres berlebihan baik akibat kekurangan nutrisi, penyakit, maupun buruknya manajemen kandang (ventilasi, kelembaban, suhu, dll) untuk menghindari wet droppings (kotoran basah). Semakin basah kotoran semakin besar peluang terbentuknya gas oleh dekomposisi bakteri, khususnya NH3. Penyemprotan emulsi minyak+air di dalam kandang, penerapan bioscrubbing, penggunaan biofilter, dan pemberian muatan elektrostatik dalam ruangan kandang terbukti dapat mengurangi dan menangkap debu secara signifikan.

Demikian pula halnya dengan penaburan senyawa asam pada litter (yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri pembentuk gas) dan pembuatan kompos manur (yang dapat mengurangi polusi udara dan bau), keduanya efektif mengurangi debu dan gas. Apalagi jika usaha ini didahului dengan pemberian ransum yang baik dan berdaya cerna tinggi.

Produk unik berasal limbah unggas

Kekhawatiran akan aplikasi kotoran unggas (sebagai pupuk) ke lahan yang dapat berdampak tercucinya sebagian senyawa nitrogen (N) dan fosfor (P) dari tanah ke aliran air serta keprihatinan akan terbatasnya manfaat limbah membuat pakar maju selangkah lagi dalam usaha meningkatkan daya guna limbah unggas.

Adalah Dr. Isabel M. Lima (Agriculture Research Service-South Regional Research Center, USDA) yang mempromosikan bahan karbon aktif bentuk butiran (granular activated carbon) dari kotoran unggas melalui makalahnya dalam simposium kali ini.

Disamping murah, produk ini menurut beliau jauh lebih baik dibanding produk serupa berasal bahan konvensional lain karena memiliki porositas tinggi, luaspermukaan yang lebih besar, dan daya ikat yang tinggi terhadap logam berbahaya, seperti tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan ion Zn. Jika digunakan untuk mengendapkan polutan/limbah, berupa senyawa kimia yang mengandung unsur logam seperti tersebut di atas sungguh sangat besar manfaatnya. Tetapi, nilai estetika produk ini akan menjadi pertimbangan bila digunakan sebagai penyaring air untuk keperluan manusia seperti lazimnya penggunaan bahan karbon aktif lain seperti batok kelapa.

Limbah pemotongan unggas khususnya offal (darah, bulu, organ tak termakan hingga jeroan) sering kali terbuang atau dijadikan tepung untuk makanan ternak.

Kini, dengan menggunakan teknologi Thermal Conversion Process limbah yang tidak dikonsumsi ini dapat diolah menjadi bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable fuels). Bahkan limbah produk pertanian yang tidak dikonsumsipun termasuk offal (termasuk tulang, darah, dan bulu), sisa restoran, dan limbah cair (sludge) dapat diolah lebih lanjut dengan teknologi yang sudah mendapat paten ini untuk membuat minyak organik, asam lemak, gas (bahan bakar), karbon, dan pupuk.

Nilai guna limbah unggas ini menjadi semakin nyata dengan adanya teknologi yang dikembangkan oleh Vortex Dehydration System (Maryland), yang disebut mereka sebagai ‘tornado-in-can”. Teknik ini memanfaatkan bagian/organ daging hewan yang terbuang (punggung, kulit jantung, dan hati) dari pemrosesan karkas untuk ditingkatkan nilainya menjadi biodiesel sehingga memperkaya bahan dasar pembuatan biodiesel konvensional lainnya yang berasal tanaman (seperti sawit, jagung, dan bijian lainya).

Larangan memasukkan bahan berasal hewan (tepung daging, tepung bulu, dan tepung tulang) sebagai campuran ransum ternak khususnya di negara-negara Eropa akibat ancaman penyakit sapi gila (mad cow BSE) mungkin akan mematikan usaha industri tepung bulu bila tidak ada alternatif lain pemanfaatan limbah ini.

Oleh sebab itu pengusaha di bidang ini sungguh beruntung dengan adanya rangkaian penelitian yang dilakukan oleh pakar kimia (Dr. Walter Schmidt, dkk) dari USDA/ARS/ANRI/BARC/EQL. Mereka berhasil membuat beberapa prototipe produk berasal serat-keratin bulu unggas (feathers keratin fiber). Dengan teknologi yang sudah menghasikan paten ini, beberapa produk dari keseluruhan prototipe produk (plastik, kertas/pulp, serat pengganti bahan pembuat kapal fiber glass, kertas film, plastik, kayu, cardboard, dll), sudah berhasil dipasarkan komersial.

Bukan tidak mustahil sebagian besar produk berbahan serat polimer yang ada saat ini akan tersaingi oleh serat-keratin bulu yang memang secara kualitas jauh lebih ringan dibanding serat polimer lainnya dengan daya tahan yang setara.

Menarik untuk dicermati adalah bila satu unit fasilitas/rumah potong ayam ukuran sedang memotong ayam 5000 ekor/hari saja (asumsi: BB: 1.8 kg/ekor; 7 % bulu) maka produksi bruto bulu dapat mencapai mencapai 630 kg/hari. Bisa dibayangkan kalau nilai ini dikali dengan banyaknya rumah potong hewan dalam satu wilayah, belum lagi jika kapasitas potong unggas di unit tersebut besar. adrizal, Menulis dari Memphis. Tennesse, AS

Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Kesuburan Tanah

Limbah sebagai sisa-sisa produksi yang tidak terpakai keberadaannya saat ini masih menjadi biang permasalahan. Berbagai macam bentuk limbah yang dihasilkan baik berupa cair, padat, maupun gas belum ditangani secara baik sehingga limbah yang seharusnya didaur ulang telah menjadi sumber pencemaran. Limbah tidak hanya dihasilkan dari dunia industri saja melainkan juga dari sektor pertanian.
Pesatnya pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berkesinambungan ini telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan.
Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri memang memberikan keuntungan dan sangat diharapkan. Namun disisi lain, peningkatan produksi ternak secara tidak langsung tersebut juga menimbulkan ekses (dampak) negatif. Diantaranya adalah limbah yang dihasilkan dari ternak itu sendiri. Disadari atau tidak, limbah peternakan ini selain mengganggu lingkungan sekitar, juga dapat menimbulkan bibit penyakit bagi manusia.
Saat ini masyarakat masih kurang menyadari akan pentingnya upaya pengelolaan limbah peternakan yang dihasilkan sehingga terkesan tidak mau tahu. Kalaupun ada pihak yang berupaya menanganinya akan menjadi kurang efektif karena tidak mendapat dukungan dari pihak lain. Melihat kenyataan seperti itu timbullah suatu pertanyaan, bagaimana caranya mengelola limbah ternak agar selain tidak merusak lingkungan juga dapat memberikan keuntungan bagi sektor lain . Limbah peternakan yang dihasilkan ada yang berupa kotoran (pupuk kandang) ada pula yang berupa sisa-sisa makanan. Setiap usaha peternakan baik itu berupa sapi, ayam, kambing, kuda, maupun babi akan menghasilkan kotoran. Namun jangan salah, kotoran yang dihasilkan ternak tersebut ternyata memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga tidak salah bila para petani menggunakannya sebagai pupuk dasar.

Kotoran yang dihasilkan ternak itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan hewan ternak sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya. Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah.

Faedah
Seperti yang telah disinggung diatas, kotoran hewan memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi dan sangat lengkap. Dengan keunggulan tersebut maka manfaat dari penggunaan kotoran hewan ini antara lain :
1. Menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada.
2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah. Humus sebagai hasil substansi yang berasal dari bahan organik seperti protein, lemak dan sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses penguraian sangat penting artinya bagi tanaman. Hal ini disebabkan humus bersifat koloid (bermuatan negatif) yang dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) dan pertukaran kation serta mencegah terlepasnya ion-ion penting. Selain itu humus juga berfungsi sebagai reservoar (pergantian) mineral untuk pengambilan oleh tumbuhan. Adanya pupuk kandang yang hampir sebagian besar berupa bahan organik akan dapat menambah kandungan humus yang ada. Semakin banyak humus terdapat pada tanah, maka tanah relatif semakin subur.

3. Mampu memperbaiki struktur tanah. Pada ABDI TANI edisi lalu telah disinggung bahwa struktur tanah yang baik ditunjang oleh keberadaan mikroorganisme organik yang cukup. Tanah yang strukturnya sudah rusak hampir tidak memiliki lagi mikroorganisme yang menunjang kesuburan tanah. Dengan memberikan pupuk kandang maka akan mengaktifkan kembali mikroorganisme yang ada melalui proses biologis dan kimia.
Peternakan ayam yang diusahakan dalam skala menengah maupun besar menghasilkan efek berupa limbah kotoran yang selain mencemari lingkungan juga menyebarkan bibit penyakit.

4. Mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik di dalam tanah. Terkait dengan manfaat sebelumnya, pemberian pupuk kandang ini secara langsung akan menambah bahan organik yang ada. Ada ataupun tidaknya suatu jasad renik didalam, pemberian pukan ini justru akan mendorong atau memacu kehidupan jasad renik, yang pada akhirnya melalui proses penguraian akan menghasilkan tanah yang subur dan kaya akan bahan organik.

Kandungan Unsur Hara Tinggi dan lengkap
Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki rasio C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman secara langsung.
Berdasarkan jenis hewannya, pupuk kandang terbagi kedalam lima macam yaitu limbah kambing, limbah sapi, limbah ayam, limbah babi dan limbah kuda. Masing-masing limbah tersebut memiliki karakteristik dan kandungan unsur hara yang berbeda (Tabel 1). Pada limbah sapi misalnya kandungan unsur haranya berbeda antara limbah cair maupun yang padat. Pada limbah sapi yang cair memiliki kandungan P lebih banyak dibandingkan yang padat. Dan sebaliknya kandungan K pada limbah sapi padat lebih banyak dibandingkan yang cair. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa limbah (kotoran ayam) memiliki kandungan N dan P paling besar diantara limbah ternak lainnya. Sedangkan kandungan K paling besar terdapat pada limbah domba cair yaitu sebesar 2.1 %. Suatu limbah dapat digolongkan ke dalam pupuk panas bila memiliki kandungan air yang rendah. Kandungan yang rendah tersebut berimplikasi pada proses perubahan jasad renik secara aktif menjadi lebih cepat, sehingga waktu yang diperlukan jasad renik untuk dekomposisi (penguraian) pupuk ini lebih cepat.

Aplikasi
Hampir semua cara kerja limbah ternak ini berjalan cukup lambat dan membutuhkan waktu lama karena berkaitan dengan perubahan dekomposisi atau penguraian oleh jasad-jasad sebelum siap digunakan oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang yang berbentuk cair dengan padat berbeda. Untuk pupuk padat yang dingin misalnya dapat diaplikasikan pada tanah maupun tanaman sekitar 3 – 4 minggu setelah masa pembuatan. Sedangkan pupuk padat yang panas dapat digunakan lebih cepat yaitu sekitar 1 – 2 minggu dari masa pembuatannya. Khusus limbah ternak cair berupa urine juga dapat dimanfaatkan sebagai perangsang perkembangan tanaman karena mengandung hormon. Limbah ini sebaiknya diberikan menjelang waktu tanam dengan mengencerkannya terlebih dahulu.
Penyimpanan limbah yang baik mutlak diperlukan agar gas amoniak yang terkandung tidak banyak mengalami penguapan. Untuk mencegah penguapan tersebut maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu (1) menumpuk sedemikian rupa supaya rongga udara semakin kecil, (2) mengatur penempatan pupuk kandang dengan memperkecil ruang bagi gas amoniak untuk menguap di udara, (3) membasahi tumpukan pupuk kandang dengan air sampai lembab dan (4) mengusahakan agar tempat penyimpanan pupuk yang bentuk padat terpisah dengan pupuk cair.

(Ir. Agung S.Wibowo, MS., penulis adalah pemerhati pertanian berdomisili di Surabaya

Selasa, 29 Juni 2010

Energi Biogas sebagai Energi Alternatif Minyak dan Gas

Dewasa ini persediaan minyak dan gas baik di Indonesia maupun di luar negeri hampir bisa dipastikan semakin hari semakin menipis. Hal ini jelas sangat membuat bingung para pelaku bisnis, khususnya pelaku bisnis di bidang industri. Karena migas sangat dibutuhkan sebagai bahan operasional penggerak mesin-mesin pabrik. Dampaknya adalah harga migas semakin hari semakin naik saja per barelnya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah energi alternatif lainnya untuk menanggulangi kelangkaan migas ini.

Baru-baru ini ditemukan sebuah energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Energi alternatif ini disebut biogas. Biogas merupakan energi yang sifatnya renewable karena bahan dasar pembuatan biogas adalah dari bakteri-bakteri yang berguna bagi manusia. Pemanfaatan biogas sudah banyak dilakukan di berbagai negara, sebut saja Cina, India, Afrika, dan Indonesia. Pemanfaatan biogas dapat digunakan di bidang industri maupun sebagai bahan bakar kebutuhan rumah tangga.

Saat ini terdapat ratusan unit biogas sederhana yang dipergunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat di pedesaan. Biogas merupakan salah satu cara yang paling baik untuk menangani permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah organik seperti kotoran ternak dan limbah industri pemrosesan makanan. Keuntungan utama dalam pemanfaatan Biogas adalah perbaikan kualitas tanah pertanian melalui sistem rantai tertutup ekologis yang terpadu dengan sistem peternakan yang sehat dan bersih.

Teknik Pengolahan Limbah Air Industri


Industri baik di Indonesia maupun di luar negeri kini harus lebih memperhatikan dalam mengolah limbah air dari hasi pengolahan produk. Hal ini disebabkan karena pembuangan dan pengolahan yang tidak baik dan tidak tepat dapat mencemari lingkungan, khususnya lingkungan air. Untuk itu diperlukan teknik yang baik dan tepat dalam melakukan pengolahan limbah air industri. Teknik pengolahan limbah ini dibagi menjadi lima tahap. Tahap pertama yaitu tahap awal. Dalam tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment). Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
# Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment). Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment). Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.

Garut Target Masuk 10 Besar Porda Jabar

Wakil Bupati Garut Dicky Chandra mengatakan, pihaknya menargetkan Garut masuk 10 besar Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jabar XI 2010 pada 4-13 Juli mendatang.Target tersebut berdasarkan pada Murorda Garut beberapa waktu lalu.

“Saya yakin Garut bisa meraihnya.Optimisme meraih target ini, didasari prestasi beberapa cabang olah raga (cabor) yang diraih Garut di berbagai ajang sebelumnya,” kata Dicky di sela-sela acara pelepasan kontingen Porda Garut XI 2010,kemarin. Dari 42 cabor yang dipertandingkan, Garut sendiri akan berpartisipasi di 28 cabor.Adapun jumlah peserta kontingen Porda Garut yang akan bertanding berjumlah 433 peserta.

Dari jumlah tersebut, 258 peserta berstatus sebagai atlet. Pelatih judo Pengcab Garut, Eko Santoso mengungkapkan,tim judo Garut siap merebut tiga medali emas di ajang ini. Hal itu merupakan target yang mesti dipenuhi tim Judo Kabupaten Garut.“Saya optimis bisa memenuhi target yang diamanahkan kepada kami. Prestasi dan pengalaman atlet judo Garut pada berbagai kejuaraan nasional dan internasional, menjadi modal awal kami untuk bisa mencapai target,” ungkap Eko.

Di cabor judo, sebut Eko, Garut akan menurunkan Tony Irawan di kelas 55 kg,Tati Rohaeti di kelas 52 kg,Hendi Ahdiyat di kelas 60 kg,dan Boyke di kelas 60 kg. “Dari empat atlet, tiga di antaranya merupakan pejudo andalan. Mereka adalah Tony,Tati,dan Hendi.

Ketiganya memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi di banyak kejuaraan. Tony memiliki pengalaman dengan menjuarai PON di Tenggarong, Kalimantan, beberapa waktu lalu dengan meraih satu emas untuk Jabar. Tati pernah meraih juara di PON yang lalu dan Hendi pun memiliki pengalaman bagus dengan menjuarai Porda sebelumnya,”

Senin, 28 Juni 2010

Tempat Sampah Raksasa Pecahkan Rekor MUR


Dua tempat sampah raksasa dengan tinggi 3 meter yang dibuat oleh peserta acara bertajuk "Do Better for Earth" mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Acara yang digelar oleh World Wildlife Foundation (WWF)-Indonesia ini juga sekaligus menyerukan masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan siaran pers yang diterima redaksi KabariNews.com, piagam penghargaan MURI tersebut bertajuk "Replika Tempat Sampah Terbesar Pertama untuk Sampah Basah dan Sampah Kering".

Piagam perhargaan ini diterima oleh Ketua Dewan Pembina WWF-Indonesia, Tati Darsoyo di Jakarta.

Winarto, perwakilan Manajemen Ancol menuturkan bahwa hal tersebut merupakan wujud kepedulian untuk memberikan informasi dan edukasi terhadap para pengunjung Ancol untuk menjaga kelestarian lingkungan.

"Semoga ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk tetap menjaga lingkungan, salah satunya adalah dengan memilah sampah basah dan sampah kering," ucapnya.

WWF merupakan salah satu organisasi yang konsen terhadap kondisi lingkungan. Organisasi ini mendapat dukungan lebih dari 5 juta orang serta telah memiliki kantor perwakilan di lebih 100 negara termasuk di Indonesia.

Usaha Pengolahan Sampah Organik


Sampah menjadi persoalan yang cukup serius bagi masyarakat terutama di wilayah perkotaan. Selama ini masyarakat membuang begitu saja sampah ke tempat-tempat sampah dan menyerahkan urusan selanjutnya kepada petugas kebersihan dan urusan selesai. Tetapi sesungguhnya permasalahan tidak selesai dampai di situ. Timbunan sampah di tempat pembuangan akhir menjadi problem tersendiri, problem kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan. Seiring dengan perkembangan pertanian organik, sampah organik dapat diubah menjadi pupuk organik yang memiliki potensi mendatangkan keuntungan. Peluang usaha pengolahan sampah organik ini cukup menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat seiring dengan trend pertanian organik yang makin diminati oleh masyarakat.

Saat ini harga pupuk organik di pasaran saat ini berkisar Rp 1000 sampai Rp 2000, selain itu proses pengolahan sampah organik menjadi kompos tidaklah rumit dan dapat dilakukan pada skala rumah tangga maupun skala industri. Sehingga peluang Usaha pengolahan sampah organik menjadi sangat terbuka bagi siapa saja. Keuntungan dari usaha pengolahan sampah organik tidak hanya dari hasil berupa kompos, tetapi juga kebersihan lingkungan yang terjaga.

Secara kualitas sampah organik ternyata bisa menjadi pupuk kompos yang berkualitas tinggi. Saat ini setidaknya ada dua daerah yang telah cukup sukses menjadi Model bagi pengembangan program kompos dari sampah organik ini, yaitu Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sragen Provinsi Jawa Tengah. Melalui kerjasama dengan Bank Danamon berupa Program Danamon Peduli dua kabupaten itu telah melakukan pembangunan unit-unit pengolahan sampah di pasar tradisional yang ada di daerah masing-masing.

Program Danamon peduli sendiri berencana membangunkan percontohan kepada satu pasar tradisional di kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang mempunyai komitmen tinggi dalam memecahkan masalah sampah untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan program ini dapat mengatasi problem kebersihan sampah yang dihadapi oleh pasar tradisional di satu sisi dan menghasilkan produk bernilai ekonomis di sisi yang lain. Satu unit pengelolaan kompos dapat mengolah 5 ton sampah organik menjadi 2 ton pupuk organik berkualitas tinggi, menanggulangi kelangkaan pupuk dan lahan kritis, mengurangi beban TPA serta biaya pengelolaan sampah, menyerap 4 tenaga kerja, dan mencegah pemanasan global. Dengan demikian Program Pengelolaan sampah organik ini akan memberikan beberapa solusi permasalahan sekaligus.

Manfaat Pengolahan Sampah Organik

Manfaat Kompos yang telah diproduksi dirasakan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul pada bidang pertanian bawang. Kompos yang diproduksi dari pasar Bantul berhasil meningkatkan panen bawang merah di 17 hektar lahan berpasir Sanden, Bantul hingga 30% dan mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai 70%. Di tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bantul telah mereplikasi program melalui dana APBD ini di pasar Imogiri dan pasar Niten. dengan demikian pengolahan sampah oraganik menjadi pupuk kompos telah mampu mendorong pertumbuhan ekomoni yang cukup significant dari berbagai aspek. Selain itu ada beberapa keuntungan lain yang bisa diperoleh yaitu:

* Mereduksi sampah secara sistematis.

* Membuka lapangan kerja baru karena tiap unit mampu menyerap 4-6 tenaga kerja.

* Menambah penghasilan bagi komunitas pasar.

* Menyediakan pupuk organik berkualitas tinggi bagi petani dengan harga terjangkau.

* Menanggulangi kelangkaan pupuk dan lahan kritis.

* Mengurangi beban pengelolaan sampah pemerintah daerah

* Mencegah pemanasan global.

* Mendukung terciptanya ketahanan pangan nasional berbasiskan pertanian organik.

Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga dan Usaha Kecil

Pengelolaan sampah organik tidak saja menjadi monopoli pemerintah atau lembaga besar saja, dalam skala usaha kecil dan rumah tangga bisa dilakukan. Melihat sukses yang telah dicapai oleh program tersebut , pengolahan sampah organik membuka peluang usaha yang memiliki potensi ekonomi untuk skala rumah tangga dan Usaha Kecil dan Menengah. Dalam skala rumah tangga dapat dilakukan pengolahan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga, atau kumpulan beberapa rumah tangga. Misalnya dalam satu RT dilakukan pengorganisasian dan pengolahan secara bersama-sama. Model sampah organik rumah tangga yang segar dan lunak, sangat mudah untuk dikomposkan sehingga bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.

Model Pengorganisasian Pengolahan Sampah Organik

Untuk mendukung keberhasilan pengolahan sampah organik menjadi kompos yang bernilai ekonomis dibutuhkan model pengorganisasian yang baik. Model pengorganisasian pengolahan sampah organik dalam lingkungan RT atau kelompok usaha kecil dapat mengadokomasi model pengorganisasian sebagai berikut:

1. Kegiatan ini diorganisir oleh pemimpin masyarakat setempat (Ketua RT/RW), dibantu sebuah tim pelaksana (Komite Lingkungan). 2. Ada keteladanan dari para pemimpin masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama yang menjadi panutan masyarakat setempat. 3. Dibangun komitmen di antara seluruh warga, lingkungan bagaimana yang ingin dicapai.

4. Ada pendampingan agar kegiatan berkelanjutan, kader/motivator yang mendampingi harus sudah berpengalaman melakukan pengomposan.

5. Proses pengomposan dipilih yang tidak menimbulkan bau ialah proses fermentasi.

Dengan manajemen dan pengorganisasian yang baik usaha pengubahan sampah organik menjadi kompos akan mendatangkan keuntungan. Nilai tambah dari usaha ini bisa meningkat dengan budi daya tanaman organik yang pupuknya berasal dari produksi sendiri.

Sumber:

1. http://www.danamonpeduli.or.id/index.php?op=kegiatan&id=2?=id
2. http://djamaludinsuryo.multiply.com/journal/item/10/MODEL_PENGELOLAAN_SAMPAH_ORGANIK.
3. Sumber Gambar : http://sampahpasarbunder.wordpress.com/2008/11/

Care Waste

If properly used, cared for, and maintained, office waste baskets can help to improve office professionalism, as well as create proper organization. For example, an office waste basket that is overflowing with shredded documents or other garbage, looks unprofessional in nature. Those responsible for the purchase of office supplies will also soon learn that they have a number of waste basket buying options. Office waste baskets come in an unlimited number of formats, but most companies prefer hardwood waste baskets. Hardwood waste baskets, with cherry, walnut, mahogany, and oak finishes, are elegant in nature and usually match and augment the surrounding office furnishings. Baskets with finishes, such as cherry, that match office furniture are an easy way to improve the look and feel of any office, and thus improve office professionalism.

Increasingly, many companies have multiple waste baskets in their establishments, many with different purposes. All waste baskets should be emptied on a regular basis. SuccessImage supplies top of the line hardwood waste baskets, with tambour styles, in cherry, mahogany, oak, and walnut.
Industrial waste management has a lot of concern. It involves the collection, transport, processing, recycling and/or disposal of waste materials. As well we can use waste management to reuse some of the resources.

Pusat Perbelanjaan di Bali Diminta Tak Pakai Plastik

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginstruksikan pusat-pusat perbelanjaan dan para pedagang di daerah ini untuk menghindari penggunaan plastik sebagai alat pembungkus barang yang dijual.

"Alat pembungkus plastik itu hendaknya diganti daun atau kertas, sebagai upaya ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di Bali," kata Gubernur Pastika di Denpasar, Senin.

Ia mengharapkan, masyarakat yang berbelanja ke pasar atau pusat perbelanaan dari rumah sudah menyiapkan tas, seperti yang dilakukan para orang tua dulu.

Dengan demikian penggunaan plastik akan dapat dihindari sedini mungkin, sekaligus membantu upaya mewujudkan kebersihan di daerah tujuan wisata Pulau Bali.

Gubernur Pastika menjelaskan, plastik yang selama ini dijadikan alat pembungkus tidak hancur dalam waktu 1.000 tahun, sehingga merusak struktur tanah.

Oleh sebab itu masyarakat dan pedagang hendaknya menghindari penggunaan plastik, karena plastik yang berserakan di mana-mana dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kebersihan tidak dapat diwujudkan.

Bali sebagai daerah tujuan wisata, kata dia, diharapkan mampu menangani masalah sampah secara tuntas, sekaligus mewujudkan sebagai pulau hijau yang telah dicanangkan Maret lalu.

Hal itu perlu mendapat dukungan semua pihak, mengingat kebersihan menjadi keluhan utama wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Bali.

"Ke depan pengolahan sampah menjadi sumber penghasilan yang cukup menggiurkan, sehingga mampu mengatasi masalah kebersihan dan menciptakan lapangan kerja baru," ujar Gubernur Pastika.

Volume sampah perkotaan di Bali setiap harinya rata-rata mencapai 5.094 meter. Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali merintis pengolahan sampah menjadi pupuk organik, dengan harapan mampu memberikan nilai tambah sekaligus mewujudkan kebersihan lingkungan di Pulau Dewata.

Pabrik pengolahan sampah skala kecil tahap pertama itu akan dibangun di sekitar kawasan Pura Besakih (Karangasem), Goa Lawah (Klungkung) dan Pura Batur Kintamani (Bangli).

Pabrik pengolahan sampah ramah lingkungan pada tiga lokasi kawasan suci itu memprioritaskan sampah-sampah bekas kegiatan ritual, dan sisa-sisa yang tidak berguna dari masyarakat sekitarnya. "Kita ingin sampah yang berserak bekas kegiatan ritual itu mampu memberikan nilai ekonomis," ujar Gubernur Pastika.

Jika proyek rintisan tersebut membuahkan hasil, pabrik pengolahan sampah skala kecil akan diperbanyak, minimal mampu mengolah sampah dalam lingkungan desa adat masing-masing, kata Gubernur Pastika.

Minggu, 27 Juni 2010

Gerhana Bulan Disambut Gema Takbir

Gerhana bulan yang terjadi Sabtu (26/6) malam disambut gema takbir dari berbagai masjid di seluruh pelosok Jawa Barat. Gerhana bulan sebagian yang berlangsung selama dua jam itu dapat dilihat secara kasat mata karena tidak berbahaya bagi kesehatan mata.

Astronom Hendro Setianto mengatakan, gerhana bulan sebagian yang berlangsung kemarin merupakan gerhana bulan pertama yang terjadi tahun ini. Sebelumnya, pada 15 Januari 2010 lalu, telah terjadi gerhana matahari cincin.

”Tahun ini, secara astronomi diperkirakan akan terjadi empat kali fenomena gerhana. Tanggal 11 Juli 2010 diprediksikan akan terjadi gerhana matahari total, dan 21 Desember 2010 nanti ada gerhana bulan total,” tuturnya.

Menurut Hendro yang merupakan penanggung jawab Indonesia Mobile Observatory, gerhana bulan sebagian yang terjadi malam tadi merupakan fenomena di mana sebagian bulan purnama tertutup oleh bayangan bumi. Hal ini disebabkan oleh bumi yang berada di antara bulan dan mataharidalam posisi satu garis lurus.

Fase awal gerhana bulan sebagian ini dimulai sebelum bulan terbit, yaitu pada pukul 17.43 WIB, sedangkan puncaknya berlangsung pukul 18.40-20.00 WIB. Saat puncak gerhana bulan sebagian terjadi, fisik bulan yang terlihat dari bumi hanya sebagian.

Menurut Hendro, seluruh bagian dunia yang mengalami malam dapat menyaksikan fenomena ini, tetapi waktunya berbeda-beda. Setiap orang dapat menyaksikan gerhana bulan sebagian tadi malam secara langsung, tanpa kaca mata khusus, karena gerhana itu tidak berbahaya bagi kesehatan mata.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan ”PRLM”, gema takbir menyambut gerhana bulan sebagian ini sudah terdengar dari berbagai masjid di Kota Bandung sejak pukul 18.00 WIB. Warga berbondong-bondong mendatangi masjid di sekitar rumahnya untuk melakukan takbir dan salat gerhana. Salah satu masjid yang jemaahnya melakukan takbiran adalah Masjid Nurul Huda di Jalan Sekeloa Selatan, Kota Bandung. Sejumlah warga kemudian bertahan di sekitar masjid untuk menyaksikan fenomena
gerhana bulan sebagian.

Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat Hafidz Utsman, sambutan berupa takbir dan salat untuk fenomena gerhana terjadi di hampir seluruh masjid di Jawa Barat. Namun, MUI tidak mengeluarkan imbauan apa pun kepada DKM-DKM untuk melakukan kegiatan itu. ”Soalnya, memang sudah biasa. Saya yakin hampir semua masjid di Jawa Barat melakukan hal yang sama,”

Penggalan Kepala dan Sebagian Pinggul Ditemukan di Pameungpeuk

-Petugas kepolisian yang terdiri dari tim gabungan Polres Bandung, Polres Garut, dan Polda Jabar menemukan potongan tubuh yang diduga merupakan bagian tubuh perempuan tak dikenal, Sabtu (26/6) sore. Potongan tubuh ini diduga merupakan tubuh perempuan tak dikenal yang sebelumnya ditemukan di pinggir jalan Ciwidey-Patengang (jalan raya Rancabali), Kp. Lolongokan, Kec. Rancabali, Kab. Bandung, Kamis (24/6) lalu.

Kapolres Bandung Ajun Komisaris Besar (AKBP) Hendro Pandowo melalui Kasatreskrim Polres Bandung Ajun Komisaris (AKP) Agung N. Masloman kepada "PR" beberapa menit lalu, mengatakan bahwa potongan tubuh yang ditemukan adalah kepala perempuan, sebagian dada, dan pinggul.

"Potongan tubuh itu ditemukan saat petugas menyisir beberapa lokasi di Kec. Pamengpeuk, Kab. Garut," katanya. Untuk memastikan apakah potongan tubuh tersebut merupakan bagian dari potongan tubuh sebelumnya yang ditemukan di Kec. Rancabali, Kab. Bandung, petugas saat ini sedang membawa potongan tubuh tersebut ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. "Diperkirakan kalau lalu lintas lancar, potongan tubuh yang dibawa petugas bisa sampai di RSHS sekitar pukul 21.00 atau 22.00 WIB. Tubuh tersebut akan langsung diperiksa oleh tim forensik RSHS," ucapnya.

Seperti diberitakan, pada Kamis (24/6) sekitar pukul 10.15 WIB, seorang warga Kp. Barutunggul, Desa Alamendah, Kec. Rancabali menemukan sebuah kardus yang berisi tujuh potongan tubuh manusia. Potongan tubuh yang ditemukan tersebut yaitu dua potongan tangan, dua telapak kaki hingga betis, sebuah tulang paha, dan dua pangkal lengan

Wakil Bupati Garut Buka "Festival Musik Kolaborasi Etnis IV"

RETNO HY/"PRLM"
RETNO HY/"PRLM"
KELOMPOK musik Garnida dari STKS Kota Bandung, diajang "Festival Musik Kolaborasi Etnis IV" bertempat di Bale Inten Paminton, Jln A Yani Kota Garut, mampu menunjukan musik tradisi yang memiliki kelas.*

GARUT,(PRLM).-Bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap musisi daerah perlu untuk lebih dilakukan bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat. Tanpa upaya serta konsistensi yang dilakukan bersama-sama, apa yang dilakukan pemerintah akan kecil kemungkinan keinginan dapat diwujudkan.

"Festival Musik Kolaborasi Etnis IV merupakan satu dari beberapa kegiatan yang didukung pemerintah daerah untuk para musisi di daerah. Festival ini juga merupakan upaya pemerintah daeerah dalam melestarikan kesenian berikut alat musik tradisi yang mulai dilupakan generasi sekarang," ujar Wakil Bupati Garut, Dicky Chandra, saat membuka "Festival Musik Kolaborasi Etnis IV" bertempat di Bale Paminton Inten, Jln. Ahmad Yani Kota Garut, Minggu (26/6) siang.

Padahal menurut Dicky, berbagai jenis kesenian maupun alat musik daerah bila dikolaborasikan dengan berbagai jenis musik ataupun alat musik, akan menghasilkan karya yang tidak kalah baiknya dengan musik pop."Seperti yang banyak dilakukan musisi kita yang sudah mendunia, mereka dikenal disejumlah negara karena karyanya yang mendapat sentuhan musik tradisi atau etnik," ujar Dicky, yang berharap kegiatan untuk keempatkalinya ini akan memacu seniman daerah dalam berkreasi.

Bisnis Limbah Medis Eksis

BELUM lama Ini Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi melansir buruknya praktik pengelolaan limbah cair daii sejumlah rumah sakit di kota tni. Petugas menemukan empat dari delapan sampel limbah cair yang diambil dari delapan rumah sakit ternyata kandungan zat pencemamya melebihi ambang baku.

Tak hanya limbah cair yang masih kurang diperhatikan pengelolaannya. Limbah medis lainnya seperti kantong infus, tabung suntik, botol bekas obat, dan sarung tangan bekas pakai masih bisa ditemui di lapak-lapak pemulung di kawasan Bantar gebang."Kantong Infus malah menjadi favorit. Harganya bisa mencapai Rp 3.500 per kilo, lebih tinggi dibanding harga limbah kaca maupun limbah plastik biasa." tutur seorang pengepul sampah, sebut saja namanya Tedl (35). saat ditemui Warta Kota di Bantargebang. Selasa (16/2).

Bapak dua anak Itu mengaku sudah menekuni usaha pengumpulan limbah medis sejak tujuh tahun laju. Seperti halnya pada bisnis di bidang lain. Jaringan antara pemasok barang dan pembeli sudah terpelihara sedemikian rupa sehingga pengepul tinggal menjadi perantara saja.Ted! mengatakan, salah satu sumbernya punya hubungan dengan rumah sakit. Tanpa menyebut nama rumah sakit itu, dia mengaku memperoleh limbah medis sekali seminggu.

"Satu truk engkel saya bayar Rp 200.000. Memang tak semua isinya limbah medis. Hasil penjualannya bisa sampai Rp 350.000." ujarnya.Bagong Suyoto. Ketua Koalisi LSM untuk Persampahan Nasional, menyebut aneka Jenis limbah medis tersebut berpotensi bahaya karena bisa menjadi perantara penularan penyakit. Pegiat persampahan yang bermukim di Bantargebang Itu bahkan menyebut tak hanya limbah medis yang dicari oleh pemulung sampah."Bahkan ada yang keliling membeli obat-obatan sisa yang ditemukan pemulung." ujarnya.

Menyulap Sampah Plastik Menjadi Kerajinan Cantik

Kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan dapat menjadi salah satu ide munculnya peluang usaha baru. Hal ini terbukti dengan banyaknya usaha kerajinan yang memakai bahan baku limbah, terutama dari limbah plastik. Bahan plastik yang berasal dari limbah rumah tangga ataupun limbah pabrik, ternyata dapat dimanfaatkan untuk membuat produk – produk yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

Plastik bekas seperti bungkus kopi, bungkus softener, bungkus minuman instan, shampoo, sabun cuci piring serta bungkus plastik lainnya dapat diolah menjadi berbagai macam kerajinan cantik. Limbah – limbah plastik yang telah terkumpul, kemudian di rendam dalam air untuk membebaskannya dari kotoran yang menempel. Setelah itu dijahit dengan kreasi – kreasi cantik menjadi berbagai macam bentuk kerajinan, misalnya saja dijadikan tas, tempat pencil, dompet handphone, sandal, kotak tissue, rak sepatu, serta hiasan ruangan lainnya.

Meski bahan bakunya dari limbah sampah, namun tidak berarti produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang rendah. Dengan keunikan dan kreativitas yang dimiliki para pengrajin, produk dari limbah plastik mampu menarik minat para konsumen. Selain itu prospek pasar usaha kerajinan tersebut masih luas. Pangsa pasar yang tadinya hanya sebatas komunitas pecinta lingkungan, kini telah berkembang luas dan diminati oleh semua kalangan. Pemasaran melalui pameran serta melalui via online sangatlah membantu para pengusaha untuk memasarkan produk mereka. Maka tak heran jika untung hingga jutaan rupiah per bulannya dapat diperoleh olah para pengusaha produk sampah plastik ini.

Peluang usaha kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan keuntungan juga mampu menyelamatkan lingkungan dari melimpahnya sampah non organik. Menyulap sampah plastik menjadi kerajinan cantik dapat menjadi salah satu pilihan usaha yang dapat Anda coba. Berikut kami berikan analisa ekonomi peluang usaha kerajinan dari sampah plastik. Salam sukses selalu untuk usaha Anda.

Analisa Ekonomi

Modal Awal
Mesin jahit Rp 2.500.000,00
Peralatan Rp 200.000,00
Bahan –bahan` Rp 500.000,00+
Total Rp 3.200.000,00

Biaya operasional
Perawatan mesin jahit Rp 100.000,00
Bahan limbah plastik Rp 200.000,00
Bahan lain
(benang, ritsleting, perekat, vuring,dll) Rp 200.000,00
Listrik dan air Rp 150.000,00
Transportsi dan komunikasi Rp 150.000,00
Biaya iklan Rp 100.000,00+
Total Rp 900.000,00

Omset per bulan
Rp 10.000,00 x 30 dompet handphone Rp 300.000,00
RP 25.000,00 x 20 tas Rp 500.000,00
Rp 10.000,00 x 20 kotak pensil Rp 200.000,00
Rp 15.000,00 x 20 sandal Rp 300.000,00
Rp 15.000,00 x 20 rak sepatu Rp 300.000,00
Rp 20.000,00 x 10 kotak tissue Rp 200.000,00
Rp 25.000,00 x 10 tempat sampah Rp 250.000,00+
Total Rp 2.050.000,00

Laba bersih per bulan
( Rp 2.050.000,00 – Rp 900.000,00 ) = Rp 1.150.000,00

Memanfaatkan Limbah Sampah

Baedowy, Mencetak Uang dari Cacahan Sampah Plastik

Pecah kongsi dalam bisnis penggilingan sampah plastik, membuat Muhammad Baedowy makin jeli melihat peluang. Ia pun memutuskan terjun di bisnis pengolahan sampah plastik itu. Kalau awalnya ia hanya menggunakan mesin bekas, sekarang ia mempunyai berbagai jenis mesin. Bahkan mampu menghasilkan mesin cetak produk jadi. BEKERJA sebagai manajer keuangan perusahaan batik Gorga tak langsung memuaskan hasrat Muhammad Baedowy. Ia masih mempunyai impian terpendam untuk membuka usaha sendiri meski dengan modal cekak. Kebetulan di perusahaan itu, selain bertugas menata keuangan, ia juga mengatur pameran produksi batik yang mempunyai pabrik di Pekalongan ini. Sembari bekerja, Baedowy rajin menjalin relasi. Suatu saat, ia ketemu seorang pejabat bank yang menawari berkongsi bisnis pengolahan sampah. Sayang, kongsian itu cuma bertahan setengah tahun. Setelah itu, keduanya memutuskan berpisah baik-baik. Namun pengalaman sesaat di bisnis pengolahan sampah membuat mata Baedowy lebih terbuka. Ia melihat potensi cukup besar dari bisnis ini. Dalam benaknya, bisnis mengolah sampah plastik ini tak perlu modal besar, persaingannya tak ketat, dan tak dibebani risiko besar. “Kalau tidak laku, barang bisa disimpan,” katanya. Pada tahun 2000, Baedowy membulatkan tekad mendirikan pabrik penggilingan sampah plastik bernama Fatahillah Interplastik. Ia membenamkan modal sebesar Rp 50 juta untuk pabriknya. Sebagian modal ia gunakan membeli mesin giling plastik (crusher machine) bekas. Bekas teman sekondannya, memang sering mengeluhkan, mesin giling sering rusak. Senyampang menjalankan pabrik, agar lebih paham soal mesin giling, Baedowy pun belajar mengetahui detail-detailnya. Ia perlu mengetahui kinerja mesin agar cepat memahami jika terjadi kerusakan. “Saya datangi pabrik penggilingan lain untuk belajar cara kerja mesin tersebut dan belajar bagaimana proses pengolahan sampah,” imbuh Baedowy. Kerap kali, Baedowy mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari para pengusaha penggilingan plastik yang nota bene adalah para pesaingnya. Tapi, hal itu tak membuat Baedowy mundur. Ia bertekad mendalami pengetahuan soal penggilingan plastik bekas kemasan minuman ini. Dari pengetahuan otodidak itulah, satu setengah tahun kemudian Baedowy berhasil membuat mesin giling sendiri. ”Saya tahu cara kerja mesin ini,” ungkapnya, gembira. Bahkan, belakangan Baedowy membuat beragam jenis mesin untuk proses penggilingan sampah. Setidaknya, ia membuat delapan mesin penggiling, yaitu mesin giling plastik, bak-bak pencuci, mesin peras, oven untuk pengeringan, mesin untuk mensterilkan bijih plastik atau pelet, bak pendingin, mesin potong pelet, dan mesin cetak atau blowing. Baedowy ingin tak cuma mengolah sampah gelas air kemasan atau botol air mineral. Ia berambisi membuat produk jadi yang punya nilai jual lebih tinggi. Makanya, ia memikirkan membuat mesin cetak yang bisa menghasilkan beberapa produk seperti bola, celengan, dan lakop sapu. Sayang, saat ini, ia baru bisa membuat mesin cetak khusus lakop sapu.

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK RUMINANSIA UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Latar Belakang

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).

Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat (Suryahadi dkk., 2002). Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun, atau 100 juta ton feces dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan berat 454 kg menghasilkan kurang lebih 30 kg feses dan urine per hari (Dyer, 1986). Sedangkan menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20 – 35 % dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat (Dyer, 1986).

Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3) (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).

Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978).

Hasil penelitian Wibowomoekti (1997) dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia.

Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).

Dampak limbah ternak memerlukan penanganan yang serius. Skema berikut ini (Gambar 1) memberi gambaran akibat yang ditimbulkan oleh limbah secara umum dan manajemennya (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).




Penanganan Limbah Ternak

Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balik. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai kira-kira terlihat kering.

Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain : floatasi, sedimentasi, dan filtrasi.

Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.

Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara fisik (Sugiharto, 1987).

Beberapa cara penanganan limbah ternak sudah diterapkan (Chung, 1988) di antaranya :

· Solid Liquid Separator. Pada cara ini penurunan BOD dan SS masing-masing sebesar 15-30% dan 40-60%. Limbah padat setelah separasi masih memiliki kandungan air 70-80%. Normalnya, kompos mempunyai kandungan uap air yang kurang dari 65%, sehingga jerami atau sekam padi dapat ditambahkan. Setelah 40-60 hari, kompos telah terfermentasi dan lebih stabil.

· Red Mud Plastic Separator (RMP). RMP adalah PVC yang diisi dengan limbah lumpur merah (Red Mud) dari industri aluminium. RMP tahan pada erosi oleh asam, alkalis atau larutan garam. Satu laporan mengklaim bahwa material RMP dengan tebal 1,2 mm dapat digunakan sekitar 20 tahun. Bila limbah hog dipisahkan dengan menggunakan separator liquid, bagian cair akan mengalir ke dalam digester anaerobik pada kantong RMP. Pada suatu seri percobaan di Lembaga Penelitian Ternak Taiwan, didapatkan bahwa ukuran optimum kantong dihitung dengan mengalikan jumlah hogs dengan 0,5 m3. Pada suhu ambien di Taiwan, jika waktu penyimpanan hidrolik selama 12 hari, BOD biasanya turun menjadi 70-85% dan kandungan SS menjadi 80-90%.

· Aerobic Treatment. Perlakuan limbah hog pada separator liquid-solid dan RMP bag digestor biasanya cukup untuk menemukan standart sanitasi. Jika tidak, aliran (effluent) selanjutnya dilakukan secara aerobik. Perlakuan aerobik meliputi aktivasi sludge, parit oksidasi, dan kolam aerobik. Rata-rata BOD dan SS dari effluent setelah perlakuan adalah sekitar 200-800 ppm. Setelah perlakuan aerobik, BOD dan SS akan turun pada level standar yang memenuhi standart dari kumpulan air limbah oleh aturan pencegahan polusi air. BOD maksimum air limbah dari suatu peternakan besar dengan lebih dari 1000 ekor babi adalah 200 ppm, sedangkan untuk peternakan kecil BOD yang diijinkan 400 ppm.

Pemanfaatan Limbah Ternak

Pelbagai manfaat dapat dipetik dari limbah ternak, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).

Limbah Ternak Sebagai Bahan Pakan dan Media Tumbuh

Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob (Prior et al., 1986).

Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).

Limbah Ternak Sebagai Penghasil Gasbio

Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Menurut Maramba (1978) produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.

Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil gasbio dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi gas dalam gasbio (%) antara kotoran sapi dan campuran

kotoran ternak dengan sisa pertanian.

Jenis gas

Kotoran sapi

Campuran kotoran ternak dan sisa pertanian

Metan (CH4)

Karbondioksida (CO2)

Nitrogen (N2)

Karbonmonoksida (CO)

Oksigen (O2)

Propen (C3H8)

Hidrogen sulfida (H2S)

Nilai kalor (kkal/m3)

65.7

27.0

2.3

0.0

0.1

0.7

tidak terukur

6513

54-70

45-27

0.5-3.0

0.1

6.0

-

sedikit sekali

4800-6700

Sumber : Harahap et al. (1978).

Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak. Sedangkan pada tahap metanogenik adalah proses pembentukan gas metan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan perombakan serat kasar (selulosa) hingga terbentuk gasbio (Gambar 2).




Sedangkan bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam ketiga fase di atas terdiri dari :

1. Bakteri pembentuk asam (Acidogenic bacteria) yang merombak senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam organik, CO2, H2, H2S.

2. Bakteri pembentuk asetat (Acetogenic bacteria) yang merubah asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari metanol menjadi asetat dan hidrogen.

Bakteri penghasil metan (metanogens), yang berperan dalam merubah asam-asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan antara lain Methanococcus, Methanobacterium, dan Methanosarcina.

Limbah Ternak Sebagai Pupuk Organik

Di negara China tidak jarang dapat dilihat pembuangan limbah peternakan disatukan penampungannya dengan limbah manusia, untuk kemudian dijadikan pupuk organik tanaman hortikultura. Selain itu ada juga yang mencampurnya dengan lumpur selokan, untuk kemudian digunakan sebagai pupuk. Sebanyak 8-10 kg tinja yang dihasilkan oleh seekor sapi per hari dapat menghasilkan pupuk organik atau kompos 4-5 kg per hari (Haryanto, 2000 dalam www.bangnak.ditjennak.go.id).

Farida (2000) mengungkapkan bahwa produksi kokon tertinggi diperoleh dari pemanfaatan 50 % limbah feces sapi yang dicampur dengan 50% limbah organik rumah tangga, yang bermanfaat untuk dijadikan pupuk organik.

Manfaat Limbah Ternak Lainnya

Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan untuk dihasilkannya dung cake (briket) secara massal sebagai sumber energi (Jha, 2002). Dilaporkan dari percobaan Basak and Lee (2001) bahwa tinja sapi yang segar pada perbandingan 1:2 mampu mengendalikan (100%) patogen cendawan akar mentimun (Cucumis sativus L.) dari serangan root rot oleh Fusarium solani f.sp. cucurbitae Synder and Hansen, dan layu oleh Fusarium oxysporum f.sp. cucumerinum Owen. Tinja sapi kemungkinan memiliki mekanisme pertahanan dan memberikan perlindungan pada bagian leher tanaman.

Kesimpulan

1. Ekskreta ternak ruminansia berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, ekskreta masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pakan, pupuk organik, gas bio, dan briket energi.

2. Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan (air, tanah, udara).

Pustaka

Basak A B and Lee M W. Efficacy of cow dung in controlling root rot and Fusarium wilt diseases of cucumber plants. http://plantpath.snu.ac.kr/ic2001/abstract.html (dikunjungi 6 Maret 2003).

Chantalakhana Ch and Skunmun P. 2002. Sustainable Smallholder Animal System in the Tropics. Kasetsart University Press, Bangkok.

Crutzen P J, Aselman I and Seiler W. 1986. Methane production by domestic animals, wild ruminant, other herbivorous fauna, and humans. Tellus 38B:271-284.

Dyer L A. 1986. Beef Cattle. In Cole and Brander Ed.: Ecosystem of the world 21-Bioindustrial Ecosystem. Elsevier, New York.

FAO. 1978. China: Azolla Propagation and Small-Scale Biogas Technology. Roma, Italy.

Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.

Harahap F M, Apandi dan Ginting S. 1978. Teknologi Gasbio. Pusat Teknologi Pembangunan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hardjoutomo S. 1999. Tuberkulosis sapi dan peranannya bagi peternakan sapi di Indonesia dalam Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18 (2) http://pustaka.bogor.net/publ/jp3/html/jp182994.htm - (dikunjungi 6 Maret 2003).

http://www.bangnak.ditjennak.go.id/bang-swt.htm. Pengembangan Usaha Kompos / Pupuk Organik. (dikunjungi 6 Maret 2003).

Jha, L.K. 2002. Cowdung polluting Yamuna in The Hindu, 21 February 2002 dalam http://www.hinduonnet.com/2002/02/21/stories/2002022105000300.htm (dikunjungi 6 Maret 2003)

Lingaiah V. and Rajasekaran P. 1986. Biodigestion of cowdung and organic wastes mixed with oil cake in relation to energy in Agricultural Wastes 17(1986): 161-173.

Maramba F D. 1978. Biogas and Waste Recycling. Maya Farm. Manila, Philippines.

Meegan M E, Conroy R M, Lengeny S O, Renhault K, Nyangole J. 2001. Effect on neonatal tetanus mortality after a culturally-based health promotion programme in Lancet (2001) 358:640-641 (http://www.elsevier.com/locate/lancet dikunjungi 6 Maret 2003)

Prior R L, Hashimoto A G, Crouse J D, and Dikeman M E. 1986. Nutritional value of anerobically fermented beef cattle wastes as a feed ingredient for livestock: growth and carcass traits of beef cattle and sheep fed fermentor biomass in Agricultural Wastes 17(1986): 23-27.

Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

Simamora S. 1989. Pengelolaan Limbah Peternakan (Animal Waste Management). Teknologi Energi Gasbio. Fakultas Politeknik Pertanian IPB. Bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen P dan K.

Soeharsono, 2002. Anthrax sporadik, tak perlu panik. Dalam kompas, 12 September 2002, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/12/iptek/anth29.htm (dikunjungi 6 Maret 2003).

Suryahadi, Nugraha A R, Bey A, dan Boer R. 2000. Laju konversimetan dan faktor emisi metan pada kerbau yang diberi ragi tape lokal yang berbeda kadarnya yang mengandung Saccharomyces cerevisiae. Ringkasan Seminar Program Pascasarjana IPB.

Wibowomoekti P S. 1997. Kandungan Salmonella spp. dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan (Studi Kasus RPH Cakung, Jakarta). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Oleh

Kelompok IV :

Eddy Nurtjahya (BIO - G. 361020151)

Sientje D. Rumetor (PTK - D. 061020111)

Jerry F. Salamena (PTK - D. 061020121)

Elvia Hernawan (BIO - G. 361020161)

Sri Darwati (PTK - D. 061020031)

Sri Murni Soenarno (PSL - P. 062024051)



Gue

Gue