Minggu, 27 Juni 2010

Memanfaatkan Limbah Sampah

Baedowy, Mencetak Uang dari Cacahan Sampah Plastik

Pecah kongsi dalam bisnis penggilingan sampah plastik, membuat Muhammad Baedowy makin jeli melihat peluang. Ia pun memutuskan terjun di bisnis pengolahan sampah plastik itu. Kalau awalnya ia hanya menggunakan mesin bekas, sekarang ia mempunyai berbagai jenis mesin. Bahkan mampu menghasilkan mesin cetak produk jadi. BEKERJA sebagai manajer keuangan perusahaan batik Gorga tak langsung memuaskan hasrat Muhammad Baedowy. Ia masih mempunyai impian terpendam untuk membuka usaha sendiri meski dengan modal cekak. Kebetulan di perusahaan itu, selain bertugas menata keuangan, ia juga mengatur pameran produksi batik yang mempunyai pabrik di Pekalongan ini. Sembari bekerja, Baedowy rajin menjalin relasi. Suatu saat, ia ketemu seorang pejabat bank yang menawari berkongsi bisnis pengolahan sampah. Sayang, kongsian itu cuma bertahan setengah tahun. Setelah itu, keduanya memutuskan berpisah baik-baik. Namun pengalaman sesaat di bisnis pengolahan sampah membuat mata Baedowy lebih terbuka. Ia melihat potensi cukup besar dari bisnis ini. Dalam benaknya, bisnis mengolah sampah plastik ini tak perlu modal besar, persaingannya tak ketat, dan tak dibebani risiko besar. “Kalau tidak laku, barang bisa disimpan,” katanya. Pada tahun 2000, Baedowy membulatkan tekad mendirikan pabrik penggilingan sampah plastik bernama Fatahillah Interplastik. Ia membenamkan modal sebesar Rp 50 juta untuk pabriknya. Sebagian modal ia gunakan membeli mesin giling plastik (crusher machine) bekas. Bekas teman sekondannya, memang sering mengeluhkan, mesin giling sering rusak. Senyampang menjalankan pabrik, agar lebih paham soal mesin giling, Baedowy pun belajar mengetahui detail-detailnya. Ia perlu mengetahui kinerja mesin agar cepat memahami jika terjadi kerusakan. “Saya datangi pabrik penggilingan lain untuk belajar cara kerja mesin tersebut dan belajar bagaimana proses pengolahan sampah,” imbuh Baedowy. Kerap kali, Baedowy mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari para pengusaha penggilingan plastik yang nota bene adalah para pesaingnya. Tapi, hal itu tak membuat Baedowy mundur. Ia bertekad mendalami pengetahuan soal penggilingan plastik bekas kemasan minuman ini. Dari pengetahuan otodidak itulah, satu setengah tahun kemudian Baedowy berhasil membuat mesin giling sendiri. ”Saya tahu cara kerja mesin ini,” ungkapnya, gembira. Bahkan, belakangan Baedowy membuat beragam jenis mesin untuk proses penggilingan sampah. Setidaknya, ia membuat delapan mesin penggiling, yaitu mesin giling plastik, bak-bak pencuci, mesin peras, oven untuk pengeringan, mesin untuk mensterilkan bijih plastik atau pelet, bak pendingin, mesin potong pelet, dan mesin cetak atau blowing. Baedowy ingin tak cuma mengolah sampah gelas air kemasan atau botol air mineral. Ia berambisi membuat produk jadi yang punya nilai jual lebih tinggi. Makanya, ia memikirkan membuat mesin cetak yang bisa menghasilkan beberapa produk seperti bola, celengan, dan lakop sapu. Sayang, saat ini, ia baru bisa membuat mesin cetak khusus lakop sapu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gue

Gue