Minggu, 27 Juni 2010

Bisnis Limbah Medis Eksis

BELUM lama Ini Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi melansir buruknya praktik pengelolaan limbah cair daii sejumlah rumah sakit di kota tni. Petugas menemukan empat dari delapan sampel limbah cair yang diambil dari delapan rumah sakit ternyata kandungan zat pencemamya melebihi ambang baku.

Tak hanya limbah cair yang masih kurang diperhatikan pengelolaannya. Limbah medis lainnya seperti kantong infus, tabung suntik, botol bekas obat, dan sarung tangan bekas pakai masih bisa ditemui di lapak-lapak pemulung di kawasan Bantar gebang."Kantong Infus malah menjadi favorit. Harganya bisa mencapai Rp 3.500 per kilo, lebih tinggi dibanding harga limbah kaca maupun limbah plastik biasa." tutur seorang pengepul sampah, sebut saja namanya Tedl (35). saat ditemui Warta Kota di Bantargebang. Selasa (16/2).

Bapak dua anak Itu mengaku sudah menekuni usaha pengumpulan limbah medis sejak tujuh tahun laju. Seperti halnya pada bisnis di bidang lain. Jaringan antara pemasok barang dan pembeli sudah terpelihara sedemikian rupa sehingga pengepul tinggal menjadi perantara saja.Ted! mengatakan, salah satu sumbernya punya hubungan dengan rumah sakit. Tanpa menyebut nama rumah sakit itu, dia mengaku memperoleh limbah medis sekali seminggu.

"Satu truk engkel saya bayar Rp 200.000. Memang tak semua isinya limbah medis. Hasil penjualannya bisa sampai Rp 350.000." ujarnya.Bagong Suyoto. Ketua Koalisi LSM untuk Persampahan Nasional, menyebut aneka Jenis limbah medis tersebut berpotensi bahaya karena bisa menjadi perantara penularan penyakit. Pegiat persampahan yang bermukim di Bantargebang Itu bahkan menyebut tak hanya limbah medis yang dicari oleh pemulung sampah."Bahkan ada yang keliling membeli obat-obatan sisa yang ditemukan pemulung." ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gue

Gue