Sabtu, 24 Oktober 2009

Segar

Karyawan RSU Garut Ancam Mogok

Tenaga medis dan sejumlah karyawan lain Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Slamet Garut mengancam akan mogok kerja karena mereka kesal oleh kinerja pimpinan rumah sakit yang buruk dalam mengelola manajemen rumah sakit.

Bupati Garut, Aceng H.M. Fikri bahkan kemarin langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke rumah sakit tersebut dan melakukan rapat tertutup dengan pengelola rumah sakit.

“Kalau direktur tidak mundur, kami terpaksa akan melakukan mogok kerja,” tegas anggota Komite Medik RSU dr. Slamet Garut, Hana, Rabu (4/11).

Diakuinya, berbagai spanduk yang dipasang secara spontan oleh karyawan di lingkungan rumah sakit, beberapa waktu lalu, merupakan isyarat awal akan digelarnya aksi mogok kerja. Oleh karena itu, pada spanduk tersebut tertulis kata-kata antara lain “Mosi Tidak Percaya kepada Pimpinan RSU dr. Slamet Garut”, “Menolak Intervensi dan Dijadikan ATM Belanja oleh Pihak Mana pun”, “Tolong Pemda Garut Harus Respek terhadap Manajemen Konflik yang Ada di RSU dr. Slamet”, dan “Usut Berbagai Kasus Korupsi, dan Jangan Main mata”.

Hana menuturkan, buruknya pengelolaan manajeman rumah sakit terlihat dari banyaknya kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi pihak rumah sakit, seperti tidak adanya obat-obatan, amplop rontgen, masker, dan kantung plastik untuk obat di apotik.

Selain itu, lanjutnya, direktur rumah sakit pun kadang-kadang tidak mengindahkan aturan dalam menetapkan kebijakan.

“Masa memindahkan dan memulangkan pasien seenaknya. ‘Kan sudah ada aturannya. Dia juga selalu mengabaikan tugas bawahannya,” ujarnya.

Menanggapi ancaman mogok kerja tersebut, Bupati Garut, Aceng H.M Fikri langsung melakukan sidak ke rumah sakit dan menggelar pertemuan tertutup dengan perwakilan karyawan di salah satu ruangan operasi sekitar pukul 11.00 WIB.

Akan tetapi, Aceng menolak berkomentar saat ditanya wartawan tentang hasil pertemuan dan ancaman mogok kerja karyawan rumah sakit tersebut.

“Nanti saja, belum beres. Masih dalam proses pembahasan. Saya belum bisa ngomong sekarang,” katanya sambil bergegas meninggalkan rumah sakit.

Begitu pula dengan Direktur RSU dr. Slamet Garut, Widjajanti Utojo. Ia hanya menggelengkan kepala ketika dimintai tanggapannya.

Secara terpisah, Ketua Komisi D DPRD Garut, Helmi Budiman mengatakan, munculnya ancaman mogok kerja para karyawan rumah sakit itu akibat tidak adanya transparansi antara pengelola rumah sakit dengan karyawannya. Sehingga, timbul krisis kepercayaan karyawan terhadap pimpinannya.


1 komentar:

  1. GARUT, (PRLM).- Setelah diasingkan selama sepekan di kaki Gunung Guntur Kab. Garut, penderita Human Immuodeficiency Virus (HIV), H (27), akhirnya dipindahkan ke RSU dr. Slamet Garut, Selasa (20/10). Meski belum dipastikan status HIV yang dideritanya, namun penanganan medis dilakukan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya.
    "Sekarang saya dirawat disini. Mudah-mudahan penyakitnya bisa sembuh," ujar H kepada "PRLM" saat ditemui di ruang rawat inap Zamrud RSU dr. Slamet, Selasa (20/10).
    Seperti diketahui, sejak sepekan lalu, H "dibuang" dari lingkungan masyarakat sekitar rumahnya. Dia ditempatkan di blok Seureuhjawa Kp. Dukuh Kel. Pananjung Kec. Tarogong Kaler Kab. Garut .
    Tepat di kaki Gunung Guntur dalam saung berukuran 2x2 m itu, kondisinya sudah melemah. Selain divonis menderita tuberkulosis (TB) paru, pria berusia 27 tahun ini juga menderita kanker kulit hingga menyebabkan kulitnya terkelupas dan memerah.
    Setengah tak berdaya, tubuh kurus kering Hendra pun hanya berbaring di atas papan triplek dengan alas karpet plastik.
    Berdasarkan pantauan "PRLM" di lapangan, H ditempatkan di ruang rawat inap Zamrud di salah satu ruangan yang bersatu dengan pasien lainnya. Namun, karena tidak ada satupun keluarga H yang merawatnya, maka sejumlah keluarga pasien menolak disatukan dengan H dalam ruangan yang sama. Akhirnya, H pun ditempatkan di lorong ruangan tersebut dengan diberi partisi kain putih saja.
    Perawat pun tampak kesulitan menangani H karena kulitnya sudah melepuh dan H akan merasa kesakitan jika dibersihkan. Akibatnya, suara H yang terus mengerang menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien lain yang dirawat di ruangan tersebut.
    Salah satu dokter jaga di ruangan tersebut, dr. Fitriani mengaku, pihaknya sedang menunggu rekam medik H dari RSU Ujungberung. "Kami masih menunggu rekam medik dari sana mengenai kepastian HIV yang dideritanya. Kalau tidak ada juga, maka akan kami lakukan tes darah ulang," katanya.

    Mengenai penanganan medis yang dilakukan, lanjut Fitriani, pihaknya masih melakukan observasi. "Dilihat dulu dari gejala klinisnya, baru diberi tindakan. Sementara ini, baru sebatas pembersihan kulitnya karena sudah sedemikian melepuh," ungkapnya. (A-158/A-26).***

    BalasHapus

Gue

Gue